Chapter 141 - 141. Perdebatan dua pria
"Perkataanmu tajam seperti biasanya, Aku senang Silvia mempunyai suami yang tidak egois sepertimu. Tapi jangan salahkan aku jika Silvia datang sendiri kepadaku".
"Zain.. Aku jelaskanpun kamu tidak akan mengerti seberapa dalam hubungan kami. Kamu hanya masa lalu.. Aku menyutujui kamu menjadi pengawal Silvia karena aku tahu Istriku tidak akan semudah itu di perdaya apalagi oleh seorang mantan".
Percakapan Ludius dan Zain tertahan karena kedatangan Silvia yang membawa kotak p3k. "Sebenarnya apa yang kalian bicarakan di belakangku?". Tanya Silvia.
"Bukan apa-apa, hanya masalah antar pria yang tidak menarik untuk didengar". Kata Zain, Kedatangan Silvia membuat Zain bangkit dari duduknya dan kembali ketempat duduknya semula.
Silvia memandang mereka heran, walau dalam hati Silvia mungkin tahu apa yang mereka bicarakan. Dia duduk kembali disamping Ludius dan menarik lengan Ludius. "Cepat lepas Jas dan kemejamu..! Aku harus memberikan perawatan pertama sebelum darahmu habis karena terlalu banyak yang keluar".
"Apa seperti caramu merawat pasien? Terlalu bersikap dingin juga tidak baik Sayang..!".
"Biar saja, salah sendiri terluka tidak mengatakannya padaku! Memangnya kamu super hero yang bisa menyembuhkan luka dengan sendirinya?". Silvia terlihat marah, dia membantu Ludius membuka Jas dan kemeja dengan wajah cemberut.
"Augh.. Pelan-pelan sayang. Apa kamu mau membunuh suamimu?. Kalau aku mengatakannya, apa kita akan tetap pergi dari sini sekarang juga?. Sudah tidak ada waktu untuk menunggu hari esok Sayang. Asal kamu baik-baik saja itu juga sudah cukup".
Setelah melepas jas, perlahan Silvia membuka kancing kemeja dan melepasnya dari tubuh Ludius. Melihat lengan Ludius yang terkena luka tembak membuat Silvia semakin marah dan merasa bersalah. "Memangnya aku senang lihat kamu terluka karenaku?. Lihatlah lenganmu ini, begitu banyak darah yang keluar tapi kamu justru menyembunyikannya dariku". Silvia mengambil kotak obat yang dia bawa, perlahan dia membersihkan luka di lengan Ludius.
Ludius menyeka wajah Silvia yang muram, "Wajah jelekmu nanti jadi tambah jelek kalau nangis. Lagi pula kamu sudah merawatnya, setelah ini istirahatlah".
Setelah Silvia memperban luka Ludius dia membantu Ludius memakai kembali Kemejanya. Tanpa sadar Silvia terus memperhatikan tubuh bidang Ludius dan menyentuhnya. 'Tubuh ini begitu kekar dan indah, aku memang sudah pernah melihatnya. Tapi walau aku melihatnya berkali-kalipun sepertinya tidak akan pernah bosan melihat hal indah seperti ini'. Batin Silvia.
"Sayang, Apakah tubuhku begitu menarik perhatianmu?, Jika kamu menginginkannya, kamu boleh menyentuh dan memandangnya sepuasmu". Selalu memandang penuh keusilan, yang membuat Silvia malu dan kehilangan kata-kata.
Karena kelakuannya terbaca dengan mudah oleh Ludius membuat Silvia merasa malu dan bersikap jengkel kepadanya.
"Dasar Mesum..! Sudahlah, aku mau tidur. Kamu pakai saja sendiri pakaianmu". Silvia memalingkan eajah dan pura-pura tertidur karena kesal.
'Sayang.. Kamu sudah bersikap seperti itu juga masih saja menyangkal. Kalau suka bilang saja suka. Dasar istri yang keras kepala'.
Kebosanan selama di pesawat serasa menghilang dengan kejahilan dan keusilan Ludius yang membuat Silvia mampu memecah keheningan.
*****
6 jam berlalu hingga pesawat mendarat di Bandara Internasional Shanghai China. Karena kedatangan Ludius sudah diketahui Longshang, sepertinya sufah ada yang menunggu di bandara untuk menyambut kepulangan mereka.
Silvia yang tertidur seketika bangun saat tahu Pesawat telah mendarat. "Eh.. Apakah kita sudah sampai di China?". Tanya Silvia yang masih setengah mengantuk.
"Kita baru saja sampai, kamu mau turun sendiri atau aku gendong?".
"Aku bisa turun sendiri, terima kasih..!". Jawab Silvia cemberut, sepertinya dia masih ingat kejadian selama di pesawat. Dia turun dari pesawat sendiri disusul Zain dan Ludius.
Hal pertama yang dilihat Silvia setelah turun dari pesawat adalah seorang anak laki-laki berkisar umur 4 tahun menyambut kedatangan mereka.
"Hallo Bibi, Kata Mama aku harus memanggilmu Bibi. Selamat datang kembali di China. Salam kenal, aku Azell". Kata seorang anak yang menyebutkan namanya Azell. Dia mengulurkan tangannya memberi salam dengan senyum manisnya.
Silvia berjongkok dan menerima uluran tangan Azell dengan senyuman. "Hallo pria jagoan, kamu manis sekali. Panggil aku Bibi Silvia, ohya dimana Mamamu. Bagaimana bisa kamu berada disini?". Silvia memandang lekat-lekat wajah anak laki-laki yang tiba-tiba datang kepadanya.
'Mata yang begitu tajam dan wajah yang familiar. Mengapa dia seperti Ludius waktu kecil?'. Batin Silvia.
"Aku kemari bersama Ibu untuk menyambut Papa pulang. Kata Mama Papa pulang bersama Bibi". Jawab Azell polos. Azell yang melihat Ludius turun langsung menunjuk kearah Ludius. "Nah itu Papa..". Azell terlihat gembira melihat Ludius keluar dari pesawat.
Silvia kembali di kejutkan dengan hal yang tidak terduga, dia seketika berubah muram dan hatinya seketika seperti dihantam dengan keras. 'Anak kecil yang begitu manis ini adalah anaknya?. Dulu aku tidak percaya anak dari Qi'er adalah anak kandung Ludius. Tapi anak laki-laki ini dilihat saja mempunyai banyak persamaan, dari matanya yang tajam hingga kecerdasannya di usia dini. Itu sudah cukup membuktikan segalanya. Apa ini akhir dari perjalanan pernikahanku? Mengapa ini terasa begitu menyakitkan?'. Batin Silvia.
Ludius yang baru saja turun bersama Zain langsung menghampiri Silvia. "Sayang, apa yang sedang kamu bicarakan dengan anak kecil ini?. Mengapa kamu terlihat begitu sedih?". Tanya Ludius. Dia yang melihat wajah Silvia berubah muram langsung mengecup kening Silvia.
"Ludius, Apa kamu tidak ingin memeluk putramu?. Dia sudah lama ingin sekali bertemu denganmu. Setidaknya kamu peluk dia untuk menghilangkan kerinduannya". Dari arah samping Shashuang datang bersama Longshang.
"Shashuang..! Apa maksud semua ini?". Tegas Ludius.
"Zain.. Aku jelaskanpun kamu tidak akan mengerti seberapa dalam hubungan kami. Kamu hanya masa lalu.. Aku menyutujui kamu menjadi pengawal Silvia karena aku tahu Istriku tidak akan semudah itu di perdaya apalagi oleh seorang mantan".
Percakapan Ludius dan Zain tertahan karena kedatangan Silvia yang membawa kotak p3k. "Sebenarnya apa yang kalian bicarakan di belakangku?". Tanya Silvia.
"Bukan apa-apa, hanya masalah antar pria yang tidak menarik untuk didengar". Kata Zain, Kedatangan Silvia membuat Zain bangkit dari duduknya dan kembali ketempat duduknya semula.
Silvia memandang mereka heran, walau dalam hati Silvia mungkin tahu apa yang mereka bicarakan. Dia duduk kembali disamping Ludius dan menarik lengan Ludius. "Cepat lepas Jas dan kemejamu..! Aku harus memberikan perawatan pertama sebelum darahmu habis karena terlalu banyak yang keluar".
"Apa seperti caramu merawat pasien? Terlalu bersikap dingin juga tidak baik Sayang..!".
"Biar saja, salah sendiri terluka tidak mengatakannya padaku! Memangnya kamu super hero yang bisa menyembuhkan luka dengan sendirinya?". Silvia terlihat marah, dia membantu Ludius membuka Jas dan kemeja dengan wajah cemberut.
"Augh.. Pelan-pelan sayang. Apa kamu mau membunuh suamimu?. Kalau aku mengatakannya, apa kita akan tetap pergi dari sini sekarang juga?. Sudah tidak ada waktu untuk menunggu hari esok Sayang. Asal kamu baik-baik saja itu juga sudah cukup".
Setelah melepas jas, perlahan Silvia membuka kancing kemeja dan melepasnya dari tubuh Ludius. Melihat lengan Ludius yang terkena luka tembak membuat Silvia semakin marah dan merasa bersalah. "Memangnya aku senang lihat kamu terluka karenaku?. Lihatlah lenganmu ini, begitu banyak darah yang keluar tapi kamu justru menyembunyikannya dariku". Silvia mengambil kotak obat yang dia bawa, perlahan dia membersihkan luka di lengan Ludius.
Ludius menyeka wajah Silvia yang muram, "Wajah jelekmu nanti jadi tambah jelek kalau nangis. Lagi pula kamu sudah merawatnya, setelah ini istirahatlah".
Setelah Silvia memperban luka Ludius dia membantu Ludius memakai kembali Kemejanya. Tanpa sadar Silvia terus memperhatikan tubuh bidang Ludius dan menyentuhnya. 'Tubuh ini begitu kekar dan indah, aku memang sudah pernah melihatnya. Tapi walau aku melihatnya berkali-kalipun sepertinya tidak akan pernah bosan melihat hal indah seperti ini'. Batin Silvia.
"Sayang, Apakah tubuhku begitu menarik perhatianmu?, Jika kamu menginginkannya, kamu boleh menyentuh dan memandangnya sepuasmu". Selalu memandang penuh keusilan, yang membuat Silvia malu dan kehilangan kata-kata.
Karena kelakuannya terbaca dengan mudah oleh Ludius membuat Silvia merasa malu dan bersikap jengkel kepadanya.
"Dasar Mesum..! Sudahlah, aku mau tidur. Kamu pakai saja sendiri pakaianmu". Silvia memalingkan eajah dan pura-pura tertidur karena kesal.
'Sayang.. Kamu sudah bersikap seperti itu juga masih saja menyangkal. Kalau suka bilang saja suka. Dasar istri yang keras kepala'.
Kebosanan selama di pesawat serasa menghilang dengan kejahilan dan keusilan Ludius yang membuat Silvia mampu memecah keheningan.
*****
6 jam berlalu hingga pesawat mendarat di Bandara Internasional Shanghai China. Karena kedatangan Ludius sudah diketahui Longshang, sepertinya sufah ada yang menunggu di bandara untuk menyambut kepulangan mereka.
Silvia yang tertidur seketika bangun saat tahu Pesawat telah mendarat. "Eh.. Apakah kita sudah sampai di China?". Tanya Silvia yang masih setengah mengantuk.
"Kita baru saja sampai, kamu mau turun sendiri atau aku gendong?".
"Aku bisa turun sendiri, terima kasih..!". Jawab Silvia cemberut, sepertinya dia masih ingat kejadian selama di pesawat. Dia turun dari pesawat sendiri disusul Zain dan Ludius.
Hal pertama yang dilihat Silvia setelah turun dari pesawat adalah seorang anak laki-laki berkisar umur 4 tahun menyambut kedatangan mereka.
"Hallo Bibi, Kata Mama aku harus memanggilmu Bibi. Selamat datang kembali di China. Salam kenal, aku Azell". Kata seorang anak yang menyebutkan namanya Azell. Dia mengulurkan tangannya memberi salam dengan senyum manisnya.
Silvia berjongkok dan menerima uluran tangan Azell dengan senyuman. "Hallo pria jagoan, kamu manis sekali. Panggil aku Bibi Silvia, ohya dimana Mamamu. Bagaimana bisa kamu berada disini?". Silvia memandang lekat-lekat wajah anak laki-laki yang tiba-tiba datang kepadanya.
'Mata yang begitu tajam dan wajah yang familiar. Mengapa dia seperti Ludius waktu kecil?'. Batin Silvia.
"Aku kemari bersama Ibu untuk menyambut Papa pulang. Kata Mama Papa pulang bersama Bibi". Jawab Azell polos. Azell yang melihat Ludius turun langsung menunjuk kearah Ludius. "Nah itu Papa..". Azell terlihat gembira melihat Ludius keluar dari pesawat.
Silvia kembali di kejutkan dengan hal yang tidak terduga, dia seketika berubah muram dan hatinya seketika seperti dihantam dengan keras. 'Anak kecil yang begitu manis ini adalah anaknya?. Dulu aku tidak percaya anak dari Qi'er adalah anak kandung Ludius. Tapi anak laki-laki ini dilihat saja mempunyai banyak persamaan, dari matanya yang tajam hingga kecerdasannya di usia dini. Itu sudah cukup membuktikan segalanya. Apa ini akhir dari perjalanan pernikahanku? Mengapa ini terasa begitu menyakitkan?'. Batin Silvia.
Ludius yang baru saja turun bersama Zain langsung menghampiri Silvia. "Sayang, apa yang sedang kamu bicarakan dengan anak kecil ini?. Mengapa kamu terlihat begitu sedih?". Tanya Ludius. Dia yang melihat wajah Silvia berubah muram langsung mengecup kening Silvia.
"Ludius, Apa kamu tidak ingin memeluk putramu?. Dia sudah lama ingin sekali bertemu denganmu. Setidaknya kamu peluk dia untuk menghilangkan kerinduannya". Dari arah samping Shashuang datang bersama Longshang.
"Shashuang..! Apa maksud semua ini?". Tegas Ludius.