38 Chapter 38
Lelouch POV
Walaupun aku sudah cukup terbiasa dengan sikap Yuka yang satu ini, tapi yang namanya kesal tetap saja kesal. "Menurutku kau sudah terlalu sering mengunci mulutmu itu. Apa lain kali kau ingin aku yang mengunci mulutmu itu secara permanen plus gembok sekalian?" Aku berkata kelewat kesal, tapi Yuka menjawabku sambil tersenyum meledek "Tak bisa. Mulutku ini hanya bisa dikunci dengan kunci khusus yang hanya bisa dibuat olehku seorang".
Sebelum aku membalas jawabannya atas kata-kataku tadi, Yuka keburu bicara lagi sambil menunjuk jam dinding "Sebaiknya kau cepat berangkat, sudah jam segini lho~!". Aku mengikuti arah tunjukan jarinya dan ternyata benar sudah waktunya aku pergi. "Ya sudah aku pergi dulu. Ingat! Jangan sampai kau keluyuran kemana-mana. Tetap disini dan tunggulah C.C kembali!" Aku memperingati Yuka sambil mengambil tas ku. Aku membuka pintu dan hendak keluar kamar, tapi sebelum itu aku menengok ke arah Yuka yang kini melambaikan tangannya seperti mengucapkan 'selamat jalan'. Tapi seketika itu juga ada yang aneh. Tangan kanannya yang sedang melambai beserta sebagian kecil wajahnya yang sebelah kanan terlihat agak transparant. Kupikir itu hanya ilusi cahaya karena Yuka sedang berdiri membelakangi jendela. Aku beberapa kali mengedipkan mataku untuk menghilangkan ilusi itu, dan benar saja setelah itu Yuka terlihat seperti biasa saja. "Lelouch kenapa? Apa ada sesuatu di matamu?" Yuka bertanya dengan nada khawatir. "Tidak. Bukan apa-apa. Aku pergi dulu". Setelah mengatakan itu aku segera membuka pintu, keluar dari kamar, dan menutup kembali pintunya. Aku segera berangkat ke akademi.
Yuka POV
Setelah Lelouch keluar,aku menghela nafas lalu berjalan mendekati meja belajar Lelouch dan duduk di kursinya. Hari ini akhirnya dimulai juga. Hari dimana Shirley tak akan mengingat sama sekali mengenai Lelouch. Orang bodoh itu pasti bisa terus memasang tampang datar nya itu. Tapi hatinya pasti sedih. Oh iya. Hari ini kan juga hari dimana C.C berbohong pada Lelouch dan berusaha menghentikan Mao…. walaupun usaha sendiriannya itu akan gagal.
Waltu terus berlalu dan aku menghabiskan waktuku disini dengan tiduran, baca buku, melamun, dan tiduran. Sungguh membosankan tetapi tak terasa hari sudah sangat sore dan akhirnya C.C kembali. Tanpa beranjak dari posisiku yang kini sedan tiduran aku berkata padanya "Bagaimana C.C? Tak ada hasil?". C.C menjawab dengan nada kesal "Tak ada sama sekali. Tak ada satupun yang tahu dimana Mao". Aku bangkit dari posisi tidurku dan duduk di pinggir kasur. "Mao itu kan anak didikmu juga, pastinya dia tak mudah ditangkap begitu saja". Mendengar kata-kataku C.C menatapku sinis karena kesal. Terkejut melihat tatapan matanya itu, aku mundur hingga ke ujung kasur. "Kenapa kau Yuka?" C.C bertanya melihat kelakuanku yang menurutnya aneh, dan raut wajahnya kini tak seram seperti tadi. "Ah...haha… bukan, bukan apa-apa" kataku sambil berusaha memasang raut wajah normal. Melihat C.C dengan wajah kesal-marah seperti itu menatap padaku langsung…. Ternyata cukup menakutkan.
"C.C, hari ini akan ada telepon dari Mao. Bagaimana? Apa kau akan menemuinya?" Aku bertanya pada C.C yang kini duduk di sebelahku sambil memeluk boneka kesayangannya itu. "Tentu saja. Ini masalahku, aku sendiri yang akan menyelesaikannya". C.C menjawabku dengan yakin. "Tapi C.C, hari ini Mao berniat..." Aku kembali berkata tetapi C.C memotong pembicaraanku. "Hentikan Yuka! Lebih baik kau jangan berkata lebih jauh lagi. Kupikir seharusnya kau juga sudah tahu kalau gejala yang kau alami itu kini bertambah". Ya, aku juga sudah menyadarinya. Sebelumnya kalau aku terlalu banyak 'bicara', tubuhku jadi lemas, mengantuk, hingga hilang kesadaran. Tapi kini bertambah dengan berubahnya sebagina tubuhku menjadi sedikit transparant. Waktu pertama kali aku mengalaminya kukira aku hanya salah lihat, tapi tadi siang terjadi lagi. Saat itu aku hendak ke kamar mandi dan tak sengaja menatap cermin. Di pantulanku itu sebagian kecil wajahku yang sebelah kanan agak transparant. Tapi tidak sampai tiga detik semua kembali normal. Itu pasti gejala tambahan yang kualami. Kali ini aku mengubah sejarah sehingga C.C tidak jadi pindah ke ruang OSIS. itu berarti percakapan antara Lelouch dan ketua OSIS pagi ini ada yang hilang atau berubah. Tapi aku tak tahu pasti itu.
Melihatku yang terdiam dan berpikir, C.C seperti langsung mengerti kalau aku tahu apa yang dimaksudkannya itu. "Karena itu Yuka, walaupun mungkin tak begitu berguna tapi akan ku katakan sekali lagi. Hati-hati dengan apa yang ingin kau katakan walaupun kau ingin menolongku ataupun Lelouch. Ini demi kebaikanmu sendiri". Aku mengangguk mengerti tetapi tak bisa berjanji. "Nah, sekarang lebih baik kita makan dulu, aku lapar. Tadi aku membeli ini saat mencari informasi tentang Mao" C.C berkata sambil mengeluarkan sekitar 8 kotak kecil bergambar pizza. "C...C.C. dari mana kau dapatkan semua ini?" Kataku terkejut. "Sudah kubilang, aku membelinya tadi. Sudah lama aku ingin mencoba pizza kecil ini dengan berbagai topping" C.C menjawab sambil mengambil sepotong pizza dari salah satu kotak itu. Semuanya pizza kecil yang isinya masing-masing hanya 4 potong pizza. "Bukan itu… kau membeli semua ini uangnya dari mana?" Aku kembali bertanya. C.C tak menjawabku dengan kata-kata dan hanya menggunakan satu jari telunjukknya untuk menunjuk ke arah meja belajar Lelouch. Hanya dengan itu aku mengerti. C.C mengambil uang Lelouch yang ada di laci meja belajarnya. "C.C…. kau mengambil uang orang tanpa izin. Itu bisa dikategorikan mencuri…." aku berkata tapi C.C terlalu asyik dengan makanan kesukaannya itu. Aku menghela nafas dan ikut memakan pizza itu dengan C.C. Lumayan lah sambil menunggu Lelouch pulang..
Maaf ya… Lama banget updatenya….
Kembali Hana memohon Review dari semuanya ^_^
Salam,
Kawaihana
Walaupun aku sudah cukup terbiasa dengan sikap Yuka yang satu ini, tapi yang namanya kesal tetap saja kesal. "Menurutku kau sudah terlalu sering mengunci mulutmu itu. Apa lain kali kau ingin aku yang mengunci mulutmu itu secara permanen plus gembok sekalian?" Aku berkata kelewat kesal, tapi Yuka menjawabku sambil tersenyum meledek "Tak bisa. Mulutku ini hanya bisa dikunci dengan kunci khusus yang hanya bisa dibuat olehku seorang".
Sebelum aku membalas jawabannya atas kata-kataku tadi, Yuka keburu bicara lagi sambil menunjuk jam dinding "Sebaiknya kau cepat berangkat, sudah jam segini lho~!". Aku mengikuti arah tunjukan jarinya dan ternyata benar sudah waktunya aku pergi. "Ya sudah aku pergi dulu. Ingat! Jangan sampai kau keluyuran kemana-mana. Tetap disini dan tunggulah C.C kembali!" Aku memperingati Yuka sambil mengambil tas ku. Aku membuka pintu dan hendak keluar kamar, tapi sebelum itu aku menengok ke arah Yuka yang kini melambaikan tangannya seperti mengucapkan 'selamat jalan'. Tapi seketika itu juga ada yang aneh. Tangan kanannya yang sedang melambai beserta sebagian kecil wajahnya yang sebelah kanan terlihat agak transparant. Kupikir itu hanya ilusi cahaya karena Yuka sedang berdiri membelakangi jendela. Aku beberapa kali mengedipkan mataku untuk menghilangkan ilusi itu, dan benar saja setelah itu Yuka terlihat seperti biasa saja. "Lelouch kenapa? Apa ada sesuatu di matamu?" Yuka bertanya dengan nada khawatir. "Tidak. Bukan apa-apa. Aku pergi dulu". Setelah mengatakan itu aku segera membuka pintu, keluar dari kamar, dan menutup kembali pintunya. Aku segera berangkat ke akademi.
Yuka POV
Setelah Lelouch keluar,aku menghela nafas lalu berjalan mendekati meja belajar Lelouch dan duduk di kursinya. Hari ini akhirnya dimulai juga. Hari dimana Shirley tak akan mengingat sama sekali mengenai Lelouch. Orang bodoh itu pasti bisa terus memasang tampang datar nya itu. Tapi hatinya pasti sedih. Oh iya. Hari ini kan juga hari dimana C.C berbohong pada Lelouch dan berusaha menghentikan Mao…. walaupun usaha sendiriannya itu akan gagal.
Waltu terus berlalu dan aku menghabiskan waktuku disini dengan tiduran, baca buku, melamun, dan tiduran. Sungguh membosankan tetapi tak terasa hari sudah sangat sore dan akhirnya C.C kembali. Tanpa beranjak dari posisiku yang kini sedan tiduran aku berkata padanya "Bagaimana C.C? Tak ada hasil?". C.C menjawab dengan nada kesal "Tak ada sama sekali. Tak ada satupun yang tahu dimana Mao". Aku bangkit dari posisi tidurku dan duduk di pinggir kasur. "Mao itu kan anak didikmu juga, pastinya dia tak mudah ditangkap begitu saja". Mendengar kata-kataku C.C menatapku sinis karena kesal. Terkejut melihat tatapan matanya itu, aku mundur hingga ke ujung kasur. "Kenapa kau Yuka?" C.C bertanya melihat kelakuanku yang menurutnya aneh, dan raut wajahnya kini tak seram seperti tadi. "Ah...haha… bukan, bukan apa-apa" kataku sambil berusaha memasang raut wajah normal. Melihat C.C dengan wajah kesal-marah seperti itu menatap padaku langsung…. Ternyata cukup menakutkan.
"C.C, hari ini akan ada telepon dari Mao. Bagaimana? Apa kau akan menemuinya?" Aku bertanya pada C.C yang kini duduk di sebelahku sambil memeluk boneka kesayangannya itu. "Tentu saja. Ini masalahku, aku sendiri yang akan menyelesaikannya". C.C menjawabku dengan yakin. "Tapi C.C, hari ini Mao berniat..." Aku kembali berkata tetapi C.C memotong pembicaraanku. "Hentikan Yuka! Lebih baik kau jangan berkata lebih jauh lagi. Kupikir seharusnya kau juga sudah tahu kalau gejala yang kau alami itu kini bertambah". Ya, aku juga sudah menyadarinya. Sebelumnya kalau aku terlalu banyak 'bicara', tubuhku jadi lemas, mengantuk, hingga hilang kesadaran. Tapi kini bertambah dengan berubahnya sebagina tubuhku menjadi sedikit transparant. Waktu pertama kali aku mengalaminya kukira aku hanya salah lihat, tapi tadi siang terjadi lagi. Saat itu aku hendak ke kamar mandi dan tak sengaja menatap cermin. Di pantulanku itu sebagian kecil wajahku yang sebelah kanan agak transparant. Tapi tidak sampai tiga detik semua kembali normal. Itu pasti gejala tambahan yang kualami. Kali ini aku mengubah sejarah sehingga C.C tidak jadi pindah ke ruang OSIS. itu berarti percakapan antara Lelouch dan ketua OSIS pagi ini ada yang hilang atau berubah. Tapi aku tak tahu pasti itu.
Melihatku yang terdiam dan berpikir, C.C seperti langsung mengerti kalau aku tahu apa yang dimaksudkannya itu. "Karena itu Yuka, walaupun mungkin tak begitu berguna tapi akan ku katakan sekali lagi. Hati-hati dengan apa yang ingin kau katakan walaupun kau ingin menolongku ataupun Lelouch. Ini demi kebaikanmu sendiri". Aku mengangguk mengerti tetapi tak bisa berjanji. "Nah, sekarang lebih baik kita makan dulu, aku lapar. Tadi aku membeli ini saat mencari informasi tentang Mao" C.C berkata sambil mengeluarkan sekitar 8 kotak kecil bergambar pizza. "C...C.C. dari mana kau dapatkan semua ini?" Kataku terkejut. "Sudah kubilang, aku membelinya tadi. Sudah lama aku ingin mencoba pizza kecil ini dengan berbagai topping" C.C menjawab sambil mengambil sepotong pizza dari salah satu kotak itu. Semuanya pizza kecil yang isinya masing-masing hanya 4 potong pizza. "Bukan itu… kau membeli semua ini uangnya dari mana?" Aku kembali bertanya. C.C tak menjawabku dengan kata-kata dan hanya menggunakan satu jari telunjukknya untuk menunjuk ke arah meja belajar Lelouch. Hanya dengan itu aku mengerti. C.C mengambil uang Lelouch yang ada di laci meja belajarnya. "C.C…. kau mengambil uang orang tanpa izin. Itu bisa dikategorikan mencuri…." aku berkata tapi C.C terlalu asyik dengan makanan kesukaannya itu. Aku menghela nafas dan ikut memakan pizza itu dengan C.C. Lumayan lah sambil menunggu Lelouch pulang..
Maaf ya… Lama banget updatenya….
Kembali Hana memohon Review dari semuanya ^_^
Salam,
Kawaihana