36 Chapter 36
Yuka POV
Sepertinya setelah Shirley sadarkaan diri, yang diingatnya adalah mengunjungi makam ayahnya. Mungkin Lelouch juga menanamkan ingatan itu dengan geass miliknya. Kini di tempat pemakaman itu Shirley dan Lelouch sedang berbicara,sedangkan aku dan C.C bersembunyi dii antara pohon-pohon besar yang ada. Percakapan tersebut terkesan terdengar dingin. Percakapan dari dua orang yang dulu adalah seorang teman dekat dan kini bagaikan saling tak mengenal. Bukan, bukannya tak saling mengenal. Hanya Shirley lah yang tak mengenal Lelouch. Kini Lelouch yang ada dihadapan nya itu hanyalah orang asing yang belum pernah ditemuinya. Setelah percakapan mereka berdua selesai dan Lelouch pun meninggalkan tempat itu. C.C pun pergi menyusul Lelouch dengan caranya yang seperti biasa, diam-diam. Begitu pula diriku.
Dalam perjalanan kami menuju stasiun kereta untuk kembali ke rumah Lelouch, Lelouch tak berkata apapun. Raut wajahnya pun terlihat kacau. Seperti ingin menangis, tapi air mata tak kunjung mengalir. Sebetulnya aku ingin menghiburnya, tapi tak tahu harus berkata apa. Aku takut apa yang kukatakan nanti malah memperburuk suasana.
Selama berjalan, terlihat sebuah klinik berobat. Lelouch menyuruhku untuk mengobati lukaku disana dan aku menyetujuinya. Sejak tadi aku tak ingat aku punya luka di bahuku hingga Lelouch mengatakannya. Rasa sakit yang terlupakan kini bangkit.
Beberapa saat kemudian…..
Kini luka di bahuku sudah diobati dan kami ada di dalam kereta. Raut wajah Lelouch sudah kembali ke mode seriusnya. Lelouch dan C.C kini sedang membicarakan Mao, sedangkan aku duduk manis sambil membaca majalah komik yang kubeli di dekat stasiun. Tentunya menggunakan uang Lelouch.
Sepertinya aku terlarut dalam buku yang kini sedang kubaca hingga tak sadar Lelouch sedang memanggilku "Yuka! Hoi Yuka!". Aku pun menyadari panggilannya itu dan menanggapinya. "Ya? Apa?" Kataku. " bukannya 'ya? Apa?', kau itu serius sekali. Aku sudah memanggilmu berkali-kali" Lelouch berkata agak kesal. "Maaf deh, aku lagi serius baca nih. Memangnya ada apa?" Kataku kembali bertanya dan itu melahirkan dua buah pertigaan siku di kepala Lelouch.
Aku kalau sedang membaca terutama membaca komik memang susah diganggu, jadinya panggilan berkali-kali dari Lelouch itu tak kusadari. Tetap dengan dua pertigaan siku yang masih menghiasi kepalanya, Lelouch kembali bicara "Lain kali tak akan kuturuti permintaan membeli buku darimu itu". Kalimat itu spontan membuatku menatap tajam Lelouch. aku tak rela dan tak bisa hidup tenang tanpa komik…..
Walupun sudah berusaha, tapi sepertinya tatapan tajamku tak berguna pada Lelouch yang memang sudah memiliki tatapan pisau itu sejak dulu. Akhirnya aku menyerah "Baiklah-baiklah aku menyerah. Memangnya tadi kau bilang apa?". Mendengarku Lelouch mengjela nafas dan mulai mengulang kata-kata yang tak sempat ku dengar itu "Tadi Mao bilang kau berbeda. Suara pikiran yang dia dengar darimu berbeda denganku. Kalau tak salah dia bilang suara pikiran yang didengarnya darimu itu patah-patah dan sulit dipahami. Kau pasti tahu apa yang dimaksudnya itu!?". "Kalau yang ini aku jujur tak tahu. Sungguhan. Aku tak tahu apa yang dia maksudkan" Aku menjawab jujur. C.C yang ikut mendengarkan pun kini ikut memasang raut wajah serius sambil memegang dagunya khas orang berpikir. "Kau bilang tadi pikiran Yuka yang dibaca oleh Mao itu terdengar patah-patah?" C.C berkata sambil tetap memasang pose memegang dagu, aku dan Lelouch mengangguk. "Mungkinkah…. Geass berpengaruh pada Yuka, tetapi tidak efektif" C.C mengatakan pendapatnya. Sebelum sempat aku atuapun Lelouc berbicara, C.C melanjutkan kembali kata-katanya " Geass memiliki kekuatan yang mutlak, misalkan kekuatan untuk memerintah secara mutlak milik Leloch. Kekuatan Mao untuk membaca pikiran juga mutlak. Tak ada cara untuk menghindari pembacaan pikiran oleh Mao. Tapi kau Yuka, Pikiranmu tak terbaca secara lancar oleh Mao. Kemungkinan yang ada, Geass tidak seratus persen mempan padamu, tapi tetap berefek". C.C menjelaskan panjang lebar. Itu berarti, geass masih berpengaruh padaku. Aku harus berhati-hati.
Setelah pembicaraan itu, kesunyian kembali muncul. Tak ada satupun dari kami yang berbicara. C.C duduk tenang sambil menyandarkan punggungnya, Lelouch pun duduk tenang sambil memejamkan matanya seperti tertidur, walaupun aku yakin dia pasti tidak sedang tidur. Sedangkan aku kembali pada majalah komik yang tadi sempat terhenti. Tapi kini aku tak bisa fokus untuk membacanya. Penjelasan mengenai efek geass tadi masih terlintas di pikiranku. Sebetulnya pikiranku yang didengar oleh Mao itu seperti apa? Aku jadi penasaran sendiri….
Kesunyian terus berlanjut hingga kami sampai di stasiun pemberhentian terdekat dari akademi.
Mohon Review nya ya ^_^
Salam,
Kawaihana
Sepertinya setelah Shirley sadarkaan diri, yang diingatnya adalah mengunjungi makam ayahnya. Mungkin Lelouch juga menanamkan ingatan itu dengan geass miliknya. Kini di tempat pemakaman itu Shirley dan Lelouch sedang berbicara,sedangkan aku dan C.C bersembunyi dii antara pohon-pohon besar yang ada. Percakapan tersebut terkesan terdengar dingin. Percakapan dari dua orang yang dulu adalah seorang teman dekat dan kini bagaikan saling tak mengenal. Bukan, bukannya tak saling mengenal. Hanya Shirley lah yang tak mengenal Lelouch. Kini Lelouch yang ada dihadapan nya itu hanyalah orang asing yang belum pernah ditemuinya. Setelah percakapan mereka berdua selesai dan Lelouch pun meninggalkan tempat itu. C.C pun pergi menyusul Lelouch dengan caranya yang seperti biasa, diam-diam. Begitu pula diriku.
Dalam perjalanan kami menuju stasiun kereta untuk kembali ke rumah Lelouch, Lelouch tak berkata apapun. Raut wajahnya pun terlihat kacau. Seperti ingin menangis, tapi air mata tak kunjung mengalir. Sebetulnya aku ingin menghiburnya, tapi tak tahu harus berkata apa. Aku takut apa yang kukatakan nanti malah memperburuk suasana.
Selama berjalan, terlihat sebuah klinik berobat. Lelouch menyuruhku untuk mengobati lukaku disana dan aku menyetujuinya. Sejak tadi aku tak ingat aku punya luka di bahuku hingga Lelouch mengatakannya. Rasa sakit yang terlupakan kini bangkit.
Beberapa saat kemudian…..
Kini luka di bahuku sudah diobati dan kami ada di dalam kereta. Raut wajah Lelouch sudah kembali ke mode seriusnya. Lelouch dan C.C kini sedang membicarakan Mao, sedangkan aku duduk manis sambil membaca majalah komik yang kubeli di dekat stasiun. Tentunya menggunakan uang Lelouch.
Sepertinya aku terlarut dalam buku yang kini sedang kubaca hingga tak sadar Lelouch sedang memanggilku "Yuka! Hoi Yuka!". Aku pun menyadari panggilannya itu dan menanggapinya. "Ya? Apa?" Kataku. " bukannya 'ya? Apa?', kau itu serius sekali. Aku sudah memanggilmu berkali-kali" Lelouch berkata agak kesal. "Maaf deh, aku lagi serius baca nih. Memangnya ada apa?" Kataku kembali bertanya dan itu melahirkan dua buah pertigaan siku di kepala Lelouch.
Aku kalau sedang membaca terutama membaca komik memang susah diganggu, jadinya panggilan berkali-kali dari Lelouch itu tak kusadari. Tetap dengan dua pertigaan siku yang masih menghiasi kepalanya, Lelouch kembali bicara "Lain kali tak akan kuturuti permintaan membeli buku darimu itu". Kalimat itu spontan membuatku menatap tajam Lelouch. aku tak rela dan tak bisa hidup tenang tanpa komik…..
Walupun sudah berusaha, tapi sepertinya tatapan tajamku tak berguna pada Lelouch yang memang sudah memiliki tatapan pisau itu sejak dulu. Akhirnya aku menyerah "Baiklah-baiklah aku menyerah. Memangnya tadi kau bilang apa?". Mendengarku Lelouch mengjela nafas dan mulai mengulang kata-kata yang tak sempat ku dengar itu "Tadi Mao bilang kau berbeda. Suara pikiran yang dia dengar darimu berbeda denganku. Kalau tak salah dia bilang suara pikiran yang didengarnya darimu itu patah-patah dan sulit dipahami. Kau pasti tahu apa yang dimaksudnya itu!?". "Kalau yang ini aku jujur tak tahu. Sungguhan. Aku tak tahu apa yang dia maksudkan" Aku menjawab jujur. C.C yang ikut mendengarkan pun kini ikut memasang raut wajah serius sambil memegang dagunya khas orang berpikir. "Kau bilang tadi pikiran Yuka yang dibaca oleh Mao itu terdengar patah-patah?" C.C berkata sambil tetap memasang pose memegang dagu, aku dan Lelouch mengangguk. "Mungkinkah…. Geass berpengaruh pada Yuka, tetapi tidak efektif" C.C mengatakan pendapatnya. Sebelum sempat aku atuapun Lelouc berbicara, C.C melanjutkan kembali kata-katanya " Geass memiliki kekuatan yang mutlak, misalkan kekuatan untuk memerintah secara mutlak milik Leloch. Kekuatan Mao untuk membaca pikiran juga mutlak. Tak ada cara untuk menghindari pembacaan pikiran oleh Mao. Tapi kau Yuka, Pikiranmu tak terbaca secara lancar oleh Mao. Kemungkinan yang ada, Geass tidak seratus persen mempan padamu, tapi tetap berefek". C.C menjelaskan panjang lebar. Itu berarti, geass masih berpengaruh padaku. Aku harus berhati-hati.
Setelah pembicaraan itu, kesunyian kembali muncul. Tak ada satupun dari kami yang berbicara. C.C duduk tenang sambil menyandarkan punggungnya, Lelouch pun duduk tenang sambil memejamkan matanya seperti tertidur, walaupun aku yakin dia pasti tidak sedang tidur. Sedangkan aku kembali pada majalah komik yang tadi sempat terhenti. Tapi kini aku tak bisa fokus untuk membacanya. Penjelasan mengenai efek geass tadi masih terlintas di pikiranku. Sebetulnya pikiranku yang didengar oleh Mao itu seperti apa? Aku jadi penasaran sendiri….
Kesunyian terus berlanjut hingga kami sampai di stasiun pemberhentian terdekat dari akademi.
Mohon Review nya ya ^_^
Salam,
Kawaihana