27 HEALER part 2

Selain kesulitan mempercayai kalau mereka bertiga bisa kembali hidup-hidup, Zeze juga tidak sanggup mempercayai apa yang tengah dilihatnya saat ini.

Norofi terbaring dengan perut sebelah kanan yang rusak parah. Bahkan sekarang tidak bisa disebut sebagai perut lagi. Daging-dagingnya terkoyak. Zeze bahkan dapat melihat usus laki-laki itu hampir terjuntai keluar.

Zeze mematung tak bergerak. Mustahil, ini mustahil untuk disembuhkan. Apa yang bisa mereka lakukan bahkan jika mereka membawanya ke rumah sakit sekalipun?

"Zeze!" Panggilan itu membuatnya tersentak. Zeze melihat Rhea berjongkok di samping Norofi, tangannya berusaha menutupi pendarahannya yang menurut Zeze sangatlah sia-sia.

"Jangan panik!" Ujarnya, suaranya tegas.

Zeze meneguk ludahnya. Rhea memang selamat, tapi Norofi... pada akhirnya salah satu dari mereka memang harus mati.

Dengan pikiran kosong, Zeze berjongkok di sebelah kiri Norofi, berseberangan dengan Rhea, memperhatikan laki-laki itu sedang terengah-engah menahan sakit.

"Noro... tetap bersamaku," pinta Zeze, mengambil tangan kirinya dan membungkusnya dengan erat di dalam genggaman kedua tangannya. Tanpa disangka, laki-laki itu juga balas menggenggamnya. Bukan hanya itu, dia juga tersenyum.

"Ma... maaf Ze. Aku tidak bisa, ini sakit sekali."

"Apa yang kau katakan? Kau sudah berjanji bukan? Kalian semua sudah berjanji... di malam itu, saat Afrodi pergi. Kalian berjanji tidak akan meninggalkanku dan akan tetap bersamaku untuk melihatku tumbuh dewasa. Apakah kau akan mengingkarinya seperti yang Sageta lakukan?"

Tak ada alasan lain Zeze mengajaknya bicara. Hanya ada satu, yaitu untuk membuatnya tetap terjaga agar tidak kehilangan kesadaran.

"Aku sudah melihatnya kok. Kau tumbuh menjadi gadis yang cantik sekali," ujar Norofi dengan senyuman berkedut-kedut. Dia bersusah payah membuka mata untuk melihat wajah Zeze yang buram.

"Kau tidak ingin melihatku menikah? Mempunyai anak? Kau bilang kau ingin sekali mengantarku ke altar, kau bilang kau ingin menjadi orang pertama yang menggendong anakku!"

Norofi terkekeh, "maaf, memang benar aku ini pembohong." Ia mulai kesulitan mengambil napas. "A- aku harap siapapun lelaki yang kau pilih, dia bisa menyayangimu sebanyak kami menyayangimu. Titip salamku kepada Zeze kecilmu. Sampaikan maafku, dan bilang paman Norofi tidak bisa menggendongnya."

"Omong kosong! Aku tidak akan pernah memaafkanmu! Aku tidak akan pernah memaafkanmu, Afrodi, Tera, maupun Sageta bahkan jika aku mati sekalipun! Orang jahat seperti kalian..." Zeze mulai kalut. "Kakak... tetap bersamaku..." dan akhirnya, suaranya menjelma menjadi permohonan.

Tapi tak ada lagi jawaban yang terucap dari bibir pucat Norofi. Zeze meneguk kasar salivanya. Pikirannya benar-benar kusut.

"Dia mungkin lelah karena banyaknya trombosit yang harus dihasilkan. Biarkan dia tidur." Suara lembut Rhea datang membawanya keluar. Rhea tersenyum tipis kepada Zeze, "kerja yang bagus, Ze."

Bahu Zeze merosot, "apakah berhasil?" Tanyanya yang dijawab Rhea dengan anggukan.

Mata Zeze turun ke arah tangan Rhea yang berada di atas luka besar Norofi. Dalam darah yang terus mengalir itu, benang-benang putih yang tak terhitung banyaknya terlihat menari di atasnya. Benang-benang itu mulai membesar, sampai-sampai, Zeze dapat melihat jelas bahwa mereka saling menganyam, membentuk ikatan satu sama lain dan menjahit luka Norofi dengan gerakan perlahan. Darah-darah yang semula mengalir menjadi beku, membantu benang-benang itu menutupi lukanya yang semula menganga.

Inilah alasannya Rhea adalah tiang pendukung Énkavma. Ia adalah satu-satunya healer yang mereka punya.

Rhea memilih benang fibrin sebagai Simathyst-nya, yang ternyata cocok. Dýnami-nya yang sangat luar biasa mampu mengendalikan benang fibrin miliknya maupun orang lain.

Benang fibrin adalah protein yang terbentuk dari fibrinogen yang telah diubah oleh enzim trombin dalam darah.

Protein ini berperan penting dalam koagulasi atau proses pembekuan darah. Jika seseorang tergores ataupun terluka dan mengeluarkan darah, maka salah satu komponen yang ada di dalam darah, yaitu trombosit (keping darah) akan pecah.

Dari sanalah akan terbentuk serat-serat seperti benang yang saling bertautan dan menjaring darah yang keluar, hingga darah itu terikat dan membeku, membentuk koreng yang menutup luka.

Namun dengan bantuan Rhea, proses penyembuhan itu dipercepat dan diperkuat, hingga benang-benang yang tadinya hanya berupa serat, mulai membesar dan berhasil menutup luka sebesar ini.

"Aktingmu boleh juga tadi." Rhea menyeringai ketika ia mengatakannya.

Zeze menunduk, "itu bukan akting..."

Rhea menyiramnya dengan tatapan penuh tanya. Seharusnya Zeze bisa tenang karena ada dirinya di sini.

"Saat melihat orang itu, aku jadi teringat lagi apa yang terjadi pada Afrodi," jelas Zeze, suaranya melirih. Kini Rhea dapat memahami kegundahannya.

"Jika saja kau ada di sana saat itu, apakah dia sekarang masih bisa berada di dunia ini," gumam Zeze tanpa sadar.

Pikiran Rhea mulai menerawang saat pertama kali ia bertemu dengannya 5 tahun yang lalu. Anak perempuan cantik bagaikan boneka yang selalu terlihat murung sambil melihat ke luar jendela. Jika gadis kecil itu tidak bergerak, pasti Rhea telah menyangka bahwa dia itu manekin.

Tak ada senyuman ataupun suara yang dia ucapkan. Padahal anggota Énkavma yang lain telah mencoba mengajaknya masuk dalam obrolan mereka. Es krim, kue, mainan, semua yang diberikan mereka tak satu pun yang diterimanya.

Rhea sempat heran saat pertama kali ia melihat boneka cantik itu. Rhea hanya tahu bahwa dirinya bergabung tepat seminggu setelah orang yang paling dekat dengannya meninggal dunia. Mungkin itulah yang membuatnya murung seperti itu.

Seiring berjalannya waktu, Rhea menjadi dekat dengan boneka itu. Bahkan ia adalah orang pertama yang dipanggil kakak olehnya.

Waktu yang terus terbang akhirnya membuat Rhea mengetahui siapa orang yang membuat boneka ini bersedih. Dia adalah Afrodi, atau mereka biasa menyebutnya 'Hades-nya Énkavma'.

Hades dalam mitologi Yunani adalah penguasa dunia bawah, penguasa neraka. Bukan tanpa alasan Afrodi diberi julukan itu. Seluruh anggota Énkavma, bahkan seluruh dunia pun tahu bahwa Hades adalah orang yang paling berbahaya di dalam Énkavma.

Zeze selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Afrodi. Kakak-kakaknya selalu berkata bahwa itu semua bukan kesalahannya. Mereka pasti akan berbuat hal yang sama seperti apa yang Afrodi lakukan ketika adik mereka dalam bahaya.

Namun percuma, tahun demi tahun Zeze jalani dengan penuh rasa penyesalan.
RECENTLY UPDATES